Home > Finance > Inflasi dan Investasi

Inflasi dan Investasi

“Mbok, berase sekilo pinten?”

“Sekilo sakniki enemewu gansalatus, bu.”

 “Lho mundak to mbok.”

“Inggih bu, sakniki sedaya sami mindak reginipun.”

“Wah yen ngono duite saiki soyo ora ono ajine yo mbok”.

“Inggih bu.”

Itulah sepenggal percakapan yang terjadi antara seorang ibu dengan seorang pedagang di pasar. Keduanya memperbincangkan kenaikan harga yang terjadi akhir-akhir ini, khususnya memasuki bulan ramadhan, saat umat muslim memulai ibadah puasa. Percakapan di atas ditutup dengan pernyataan ibu “Wah yen ngono duite soyo ora ono ajine yo mbok.” Dalam bahasa Indonesia, “wah, kalau begitu uang semakin tidak ada nilainya atau kekuatannya ya simbok.” Orang pada umumnya melihat kenaikan harga menyebabkan daya, kekuatan atau nilai uang turun, karena dengan uang yang sama orang tidak lagi bisa membeli barang dengan jumlah yang sama.

Dalam konsep ekonomi kenaikan harga yang terjadi secara umum untuk berbagai jenis barang, khususnya barang kebutuhan pokok, disebut inflasi. Inflasi bisa disebabkan oleh kenaikan permintaan akan barang atau disebabkan oleh kenaikan ongkos produksi. Dalam bulan puasa dan saat idul fitri inflasi biasanya disebabkan oleh kenaikan permintaan barang, khususnya beras, daging, telur, gula, dan minyak goreng. Inflasi menyebabkan daya beli turun atau dipahami oleh orang kebanyakan dengan turunnya nilai atau kekuatan uang untuk dipergunakan membeli barang seperti pernyataan ibu kepada simbok pedagang di pasar.

Inflasi selain  menyebabkan daya beli masyarakat turun juga dapat menyebabkan pengembalian atau keuntungan investasi turun serta turunnya nilai investasi. Irving Fisher seorang ahli ekonomi menyatakan adanya hubungan antara inflasi dengan tingkat bunga. Dalam persamaan yang dibuat secara sederhana dinyatakan bahwa tingkat bunga nominal sama dengan tingkat bunga riil ditambah tingkat inflasi. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa kita lihat dan gunakan pada saat kita menabung di bank atau pada saat mengajukan kredit di bank. Jadi tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa kita terima dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pada saat kita pergi ke bank dan akan mendepositokan uang kita untuk jangka waktu satu tahun, pihak bank memberikan bunga sebesar 6%, maka jika kita depositokan uang sebesar satu juta rupiah dalam satu tahun uang kita akan menjadi satu juta enam puluh ribu rupiah. Jumlah itu diperoleh jika kita mengacu pada bunga nominal. Jika diketahui inflasi dalam satu tahun sebesr 5,5% maka bunga riil yang diperoleh adalah sebesar 0,5% sehingga uang deposito kita dalam satu tahun sebenarnya secara riil hanya menjadi  satu juta lima ribu rupiah. Jadi jika kita hitung secara riil dengan mempertimbangkan inflasi hasil investasi kita dalam bentuk deposito hanya sebesar lima ribu rupiah atau 0,5% setahun. Bisa dibayangkan jika inflasi melebihi bunga deposito, maka sebenarnya investasi kita tidak memberikan pengembalian atau keuntungan yang positif tetapi negatif.

Pemahaman investor akan dampak inflasi pada tingkat pengembalian atau keuntungan investasi sangat diperlukan pada saat investor akan memilih jenis investasi yang akan dilakukan. Dengan menggunakan persamaan Fisher yang sederhana investor bisa menghitung tingkat pengembalian atau keuntungan investasi yang akan dibuat. Pada saat inflasi tinggi deposito di bank bukan merupakan pilihan yang tepat, walaupun kadang bank akan menaikkan bunga untuk meredam inflasi yang tinggi. Investasi pada obligasi bisa menjadi alternatif bagi investor yang tidak begitu menyukai risiko tinggi. Obligasi ritel pemerintah (ORI) bisa menjadi salah satu alternatif, disamping aman juga memberikan tingkat keuntungan (kupon) yang cukup tinggi. Bagi investor yang agak menyukai risiko dapat memilih reksadana sebagai alternatif investasi dan bagi investor yang senang akan risiko investasi di saham akan menjadi pilihan yang menarik, namun tetaplah memilih saham-saham yang memiliki fundamental keuangan yang bagus. Fundamental keuangan yang bagus akan menjaga harga saham pada level yang aman namun tetap memberikan keuntungan yang tinggi. Sekarang pilihan ada di tangan anda sebagai investor atau calon investor untuk melakukan investasi pada saat inflasi cukup tinggi.

(Harian Jogja, Rabu, 18 Agustus 2010)

Categories: Finance
  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment